Refleksi Diri Di Tengah Pandemic – Dan kini, di bulan-bulan terakhir ini adalah masa penyebaran covid-19 ke seluruh penjuru dunia. Tapi saya percaya bahwa akan ada saatnya pandemi ini berakhir. Akan tiba saatnya ketika saya dan banyak orang akan kembali ke aktivitas kita sebelumnya di mana tidak akan ada lagi pembatasan seperti sekarang ini.
Akan ada saatnya bagi saya dan yang lainnya untuk bertemu kembali, saling menyapa dan tanpa ragu untuk berjabat tangan lagi. Semuanya hanya masalah waktu, refleksi diri ditengah pandemic ini kita harus selalu semangat sebagai,berikut.
Tetap Iman Di Tengah Pandemi
Pandemi COVID-19 menyisakan sejuta pertanyaan terkait iman. Pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah ini ujian dari Tuhan, apakah pandemi ini merupakan karma dari Tuhan bagi manusia yang banyak berbuat dosa, mengapa Tuhan menciptakan pandemi ini, dan masih banyak pertanyaan lain yang pada dasarnya berbicara tentang iman manusia kepada Tuhan. Sangat wajar jika dalam situasi penderitaan manusia, akhirnya manusia kembali kepada Tuhan, sumber segala sesuatu.
Dan wajar juga jika pada akhirnya ada orang yang tampak marah atau mempertanyakan keberadaan Tuhan karena penderitaan ini. Inilah realita yang terjadi hari ini, pandemi datang tidak hanya menggoyahkan badan tapi juga menggoyahkan iman. Orang dengan iman yang kuat pasti akan berkata, “Tuhan pasti memiliki rencana yang indah di balik semua ini” sedangkan orang dengan iman yang dangkal akan memilih untuk meragukan dan memprotes apa yang terjadi.
Banyak orang kemudian mencoba memberikan jawaban terkait masalah iman. Itu semua kembali pada masing-masing individu, bagaimana setiap orang dengan keyakinannya melihat situasi konkrit saat ini dan memaknainya. Apakah pandemi ini merupakan berkah atau kutukan, tidak ada yang bisa memberikan jawaban pasti.
Dalam keadaan seperti itu, saya teringat akan pengalaman nabi Ayub yang diriwayatkan dengan begitu indah di dalam Alkitab. Ayub yang merupakan hamba Tuhan yang setia tiba-tiba dihadapkan pada situasi yang tidak seharusnya ia terima. Kesalehannya selama hidupnya seolah sia-sia ketika Tuhan menghukumnya dengan hukuman yang sangat berat. Pada titik inilah iman Ayub diuji oleh Tuhan. Dalam keadaan putus asa itu, Ayub mengalami goncangan iman.
Dalam Ayub 3 digambarkan bagaimana keluh kesah Ayub tiba-tiba mengalami musibah yang begitu dahsyat. Dia mulai mengutuk hari kelahirannya. Bagi Ayub, akan lebih baik jika dia tidak harus dilahirkan ke dunia saat itu. Namun kekecewaan Ayub tidak menggoyahkan imannya.
Dia akhirnya menyadari keberadaannya di bumi. Karena Ayub, iman adalah penyerahan diri kepada Dia yang adalah sumber segala sesuatu. Ini terlihat dalam kata-katanya, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan” (Ayub 1:21). Sikap iman dari orang yang benar-benar saleh dan beriman.
Belajar Mendefinisikan Perubahan
Pandemi COVID-19 membuat saya melihat kehidupan dengan cara baru yang berbeda dari biasanya. Banyak hal yang dulu saya lakukan sekarang tidak bisa saya lakukan lagi. Semuanya perlahan mulai berubah dan saya dituntut untuk menerima perubahan tersebut secara terbuka. Kali ini seharusnya tidak ada protes, karena protes hanya akan memperburuk keadaan. Mungkin kesetiaan dan ketaatan yang sangat aku butuhkan saat ini.Demikian ulasan artikel tentang Refleksi diri di tengah pandemic semoga bermanfaat,terimakasih.