Refleksi Diri Saat Pandemi Melalui Sebuah Fiksi – Saat pandemic melalui sebuah fiksi Kehadiran Corona Virus Disease menyebabkan setiap orang harus bertahan hidup dengan beberapa aturan baru seperti memakai masker saat bepergian, berdiam diri di rumah jika tidak ada keperluan mendesak, rutin mencuci tangan dimanapun baik individu maupun kelompok.
Sayangnya, tidak semua orang mematuhinya. Mereka melakukan setidaknya satu atau dua pelanggaran atau bahkan tidak mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh badan kesehatan dunia, WHO. Dorongan publik untuk melakukan pelanggaran semakin kuat, semua orang bahkan tidak percaya dan mengira bahwa virus ini hanyalah hasil konspirasi antara China dan Amerika Serikat yang saling bersaing di sektor ekonomi pada awal Januari.
Ditambah dengan keadaan ekonomi masyarakat Indonesia yang bisa dikatakan cukup rendah dan upah yang tidak menentu memaksa mereka meninggalkan rumah untuk bekerja. Pandemi Penyakit Coronavirus ini seperti sebuah fiksi, mengingatkan pada salah satu novel supernatural paling terkenal oleh penulis Inggris. Tak terlalu banyak orang yang mengenal sosok Anthony Horowitz karena kepopulerannya tak terlalu terekspos publik domestik.
Hadirnya Covid-19 akhirnya membuktikan kebenaran perkataan khatib, bahwa memang segala sesuatu ada waktunya. Dan kini, di bulan-bulan terakhir ini adalah masa penyebaran covid-19 ke seluruh penjuru dunia. Tapi saya percaya bahwa akan ada saatnya pandemi ini berakhir.
Akan tiba saatnya ketika banyak orang dan saya akan kembali ke kegiatan kami sebelumnya di mana tidak akan ada lagi pembatasan seperti sekarang ini. Akan ada saatnya bagi saya dan yang lainnya untuk bertemu kembali, saling menyapa dan tanpa ragu untuk berjabat tangan lagi. Ini semua masalah waktu.
Tetap Iman Di Tengah Pandemi
Pandemi COVID-19 menyisakan sejuta pertanyaan terkait iman. Pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah ini ujian dari Tuhan, apakah pandemi ini merupakan karma dari Tuhan bagi manusia yang banyak berbuat dosa, mengapa Tuhan menciptakan pandemi ini, dan masih banyak pertanyaan lain yang pada dasarnya berbicara tentang iman manusia kepada Tuhan. Sangat wajar jika dalam situasi penderitaan manusia, akhirnya manusia kembali kepada Tuhan, sumber segala sesuatu.
Dan wajar juga jika pada akhirnya ada orang yang tampak marah atau mempertanyakan keberadaan Tuhan karena penderitaan ini. Inilah realita yang terjadi hari ini, pandemi datang tidak hanya menggoyahkan badan tapi juga menggoyahkan iman. Orang dengan iman yang kuat pasti akan berkata, “Tuhan pasti mempunyai rencana yang indah di balik semua ini” sedangkan orang dengan iman yang dangkal akan memilih untuk meragukan dan memprotes apa yang sedang terjadi.
Belajar Mendefinisikan Perubahan
Pandemi COVID-19 membuat saya melihat kehidupan dengan cara baru yang berbeda dari biasanya. Banyak hal yang dulu saya lakukan sekarang tidak bisa saya lakukan lagi. Semuanya perlahan mulai berubah dan saya dituntut untuk menerima perubahan tersebut secara terbuka. Kali ini seharusnya tidak ada protes, karena protes hanya akan memperburuk keadaan.
Demikian ulasan tentang Refleksi Diri saat Pandemi Melalui Sebuah Fiksi semoga bermanfaat,terimakasih.