Refleksi Diri Terhadap Pandemi – Masa-masa krisis atau kesulitan disamakan dengan zaman kegelapan. Pikiran berhenti, kaki dan tangan berhenti sejenak atau beristirahat. Hanya suara hati yang berfungsi efektif dalam menghadapi masa-masa krisis di masyarakat dan negara. Semua peristiwa dan dinamika yang terjadi dalam masyarakat bergantung pada sudut pandang pikiran manusia, apakah manusia merespon secara negatif atau positif.
Namun, kata orang bijak Bestari, setiap kejadian dan kejadian selalu memiliki hikmah atau sisi positifnya. Karena dalam suasana krisis atau peristiwa yang membuat manusia tangguh, sabar dan semangat juang untuk fokus mencapai visi dan tujuan yang ingin mereka bagikan di masyarakat dan negara. “Kesatuan membentuk kekuatan”.
Selain itu, dalam menghadapi krisis atau kesulitan dan bencana yang menimpa umat manusia, adalah agar manusia melihat ke dalam diri atau refleksi diri atau introspeksi diri untuk mengosongkan perbuatan tercelanya, kemudian mengisinya dengan perbuatan-perbuatan mulia sehingga dapat menebar manfaat bagi orang lain.
Dengan begitu, manusia dapat fokus, jernih dan semangat dalam melewati dan keluar dari masa krisis ini, kemudian dapat memandang dan membangun tatanan masyarakat dan negara dengan perilaku, pandangan, dan tujuan hidup yang baru pula.
Kebijaksanaan Di Balik Krisis
Akibatnya, selalu ada sisi terang dari kegelapan. Dalam bahasa Mandarin, padanannya adalah “wei-ji”. “Wei” berarti “bahaya”, sedangkan “ji” berarti “kesempatan”. Di saat gelap bahaya bencana, selalu ada kesempatan cerah untuk menarik garis antara ketidaktahuan dan kesopanan; sebagai titik balik untuk hidup sehat dan maju. Kebenaran dan keaslian seringkali seperti bintang yang tidak terlihat kecuali di kegelapan malam.
Dalam kehidupan normal, sulit bagi manusia untuk mengenali kebenaran hakiki. Kebenaran disamarkan sebagai pernak-pernik penampilan. Ketika zaman kegelapan datang, hanya dengan begitu kita akan mengenali apa yang benar, dan apa manipulasi palsu. Jika kita tidak yakin dengan karakter asli seseorang atau suatu bangsa, tunggu sampai kegelapan melanda: di sana kita bisa mengenali karakter yang sebenarnya.
Ketika kita diuji dengan pandemi corona, banyak keluhan tentang keragu-raguan, ketidakpedulian dan ketidakjelasan jajaran pemerintah dalam menangani wabah mematikan ini, meskipun keluhan yang sama juga terjadi di sejumlah Negara. Menurut pendapat yang ada, menunjukkan dimensi ketahanan nasional kita.
di masa lalu, dan telah mengambil pelajaran tentang pentingnya memperkuat semangat gotong royong, memikul tanggung jawab bersama, dan penuh suka cita dalam menggalang bantuan. tindakan bantuan. Pernyataan Preuss bukanlah kesimpulan baru. Tiga Perilaku Adalah Ukurannya: Menyumbangkan Uang, Membantu Orang, Dan Menjadi Sukarelawan
Strategi Budaya
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan kekuatan refleksi diri, yang dapat menyatukan pikiran dan hati dalam jiwa. Kita membutuhkan pengakuan bersama akan adanya krisis di berbagai bidang. Tanpa keikhlasan dan kesepakatan ada krisis, kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Selanjutnya kita harus membuat pagar pembatas, yang memisahkan dengan rapi aspek yang sudah baik dan sisi masalah yang perlu dicarikan solusi. Kita perlu melakukan penilaian diri yang jujur.
Demikian ulasan tentang Terhadap Refleksi Diri Pandemi semoga bermanfaat,terimakasih.